Monday, November 5, 2018

Artikel Farmakognosi dan Fitokimia

SENYAWA AKTIF YANG TERKANDUNG DAN KHASIAT
CAESALPINIA SAPPAN L.
Izzah Riastiti Chairunnisaa
D3 Analisis Farmasi dan Makanan
ryastiti@gmail.com
ABSTRAK
Pengobatan tradisional mayoritas menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan, salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah kayu secang. Kayu secang dikenal sebagai tanaman obat termasuk famili Leguminosae. Berbagai aktifitas biologi C. sappan telah dilaporkan, sebagai anti-nflammatory, immunomodulasi, immunosupresi, hepatoproteksi, aktifitas hipoglikemia, antikomplemen, antioksidan and antimikroba. Khasiat kayu secang sebagai minuman sudah banyak dikenal. Beberapa contoh penggunaan secara empiris adalah untuk mengatasi nyeri akibat gangguan sirkulasi darah, penawar racun bagi tubuh, antiseptik, antibakteri dan antikoagulan. Semua khasiat tersebut terkait dengan metabolit sekundernya, antara lain flavonoid, polifenol, terpenoid dan tanin yang membuat kayu secang memiliki aktivitas antibakteri. Adanya komponen brazilin yang merupakan salah satu senyawa aktif memberikan warna spesifik dari kayu secang yaitu warna merah.
Kata kunci: Secang, manfaat, senyawa aktif

PENDAHULUAN
Caesalpinia sappan L. atau yang biasa dikenal dengan sebutan secang merupakan tanaman pohon rendah yang memiliki tinggi sekitar 5-10 meter. Tanaman ini memiliki banyak manfaat dan khasiat. Salah satunya adalah sebagai minuman, rempah-rempah, juga bahan pewarna alami. Tanaman secang di Indonesia banyak tumbuh di daerah Jawa pada ketinggian 1-1700 dpl, dapat juga dijadikan tumbuhan untuk pembatas maupun tumbuh secara liar.
Tumbuhan secang tumbuh di berbagai tempat di Indonesia, pernyataan ini didapat dari Holinesti (2009) yang menyatakan bahwa secang dengan nama ilmiah Caesalpinia sappan L. Ini memiliki bermacam-macam sebutan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain: Seupeueng (Aceh), Sepang (Gayo), Sopang (Batak), Lacang (Minangkabau), Secang (Sunda) dan masih banyak lagi.
Setelah dilakukan berbagai penelitian dapat diketahui bahwa bagian batang, kulit batang, dan polong dari tumbuhan secang dapat menghasilkan warna merah cerah dan ungu muda serta pada bagian akar dapat menghasilkan warna kuning. Pada bagian daun secang mengandung minyak atsiri sekitar 0,20 % yang wangi dan tidak berwarna. Hal ini merupakan pernyataan dari Ramdana Sari (2016). Warna ekstrak yang dihasilkan oleh secang disebabkan oleh brazilin yang dipengaruhi oleh kadar keasaman atau nilai pH. Hal ini menujukkan bahwa kayu secang dapat dijadikan sebagai bahan pewarna alami yang sangat terjangkau dan mudah di dapat. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Suraini dan Enlita (2015) yang menyatakan bahwa,  brazilin merupakan komponen pada kayu secang yang dapat memberikan warna merah sedikit kecoklatan jika teroksidasi atau berada dalam suasana basa. Brazilin juga dapat melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia.
Brazillin adalah Senyawa yang memberikan warna pada suatu tumbuhan. Berdasarkan pernyataan dari Luthfiyah et. al (2015) diketahui bahwa semakin banyaknya  zat warna yang terkandung pada tumbuhan secang maka warna yang dihasilkan semakin tua, dilihat dari struktur kimia dari Brazilin dengan O2 menyebabkan masing-masing zat warna tersebut berwarna makin tua, dana akan terjadi kenaikan intensitas warna. Zat warna brazillin sangat dipengaruhi oleh sinar matahari, oksigen dan aktivitas mikroorganisme. Jadi jika brazillin terkena sinar matahari maka akan cepat membentuk warna merah.



Khasiat Kayu Secang
            Setelah dilakukan beberapa kali percobaan, kayu secang memang memeliki banyak khasiat bagi tubuh. Seperti yang telah dikatakan oleh Suraini dan Enlita (2015) bahwa kayu secang memiliki berbagai macam khasiat antara lain: sebagai pewarna pada anyaman, makanan dan minuman atau sebagai tinta, karena saat kayu secang direbus maka akan memunculkan warna merah gading muda. Kayu secang juga memiliki banyak manfaat dibidang kesehatan sebagai obat herbal. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan olahan kayu secang adalah diare, disentri, TBC, luka dalam, berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor dan radang selaput lendir mata. Setelah dilakukan pengujian penggunaan ekstrak kayu secang sebagai pewarna pada produk minuman, hasilnya menunjukkan bahwa bahan alami ini cukup baik jika digunakan sebagai pewarna dalam minuman. Dari apa yang disampaikan oleh Oktaf Rina (2013) tersebut dapat dipastikan bahwa penggunaan secang sebagai bahan pewarna adalah aman dan cukup baik. Tanaman secang merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai pigmen alami. Pada tanaman secang bagian yang sering digunakan adalah kayu karena dapat menghasilkan pigmen berwarna merah yang merupakan antosianin yang bersifat mudah larut dalam air panas. Dari pernyataan Yenni et. al. (2016) tersebut dapat dipahami bahwa bagian dari tumbuhan secang yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan alami adalah jayu atau batang pada tumbuhan.
Selain bermanfaat bagi kesehatan, kayu secang juga sering dimanfaatkan sebagai bahan pewarana. Penggunaan bahan pewarnaan kayu secang dinilai sudah sesuai dengan SNI 06-4586-1998, bahkan lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan kayu tingi. Hal ini dikarenakan rata-rata nilai yang diperoleh dari kayu secang adalah 3,880 yang berarti nilai pewarnaan kayu secang tersebar rata. Berdasarkan pernyataan Luthfiyatul (2015) tersebut dapat diketahui sebagai zat pewarna kayu secang memang telah banyak digunakan dan warna yang dihasilkan pun dinilai baik oleh kebanyakan orang.



Senyawa Aktif pada Kayu Secang
Kayu secang memiliki kandungan utama brazilin, yang merupakan zat warna merah-sappan, asam tanat dan asam galat. Oleh karena itu, kayu secang mempunyai  khasiat sebagai pengelat (astringensia). Simplisia kayu secang dikenal sebagai Sappan Lignum dalam sediaan FMSo yang berupa irisan atau keeping-keping kecil kayu. Hal ini dijelaskan pada suatu penelitian terkait simplisia secang oleh Pertamawati et. al.  (2017). Pada penelitian (Nirma, et. al. 2015) juga menjelaskan bahwa kayu secang secara ilmiah telah teruji bersifat antioksidan, antibakteri, anti-flaming, antiphotoaging, hyperglamyc (menurunkan kadar lemak), vasorelaxant (merelaksasi pembuluh darah), hepatoprotective (melindungi hati), dan anti-acne (anti jerawat).  
Selain komponen brazillin, secang juga memiki komponen lain yang juga dapat digunakan untuk pengobatan ataupun pemeliharaan kesehatan. Sesuai pernyataan dari Yemirta (2010) bahwa berdasarkan struktur molekul diperkirakan senyawa 4-4’-dihidroksi-2’-metoksikalkon memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki 2 gugus OH yang berperan dalam memberikan aktivitas antioksidan, sedangkan untuk yang bersifat lebih polar mempunyai gugus OH yang lebih banyak sehingga sifat antioksidannya lebih baik. Senyawa aktif flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kayu secang memiliki sejumlah kemampuan, yaitu dapat meredam atau menghambat pembentukan radikal bebas hidroksil, anion superoksida, radikal peroksil, radikal alkoksil, singlet oksigen, hidrogen peroksida. Dengan adanya pernyataan dari Udju et.al. (2005) tersebut dapat diketahui dengan lebih detail apa saja yang dapat diredam atau dihambat oleh antioksidan yang terkandung pada secang. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari (Febiani et. al. 2017) yang menjelaskan bahwa terdapat lima senyawa aktif yang terkandung dalam kayu secang dan terkait dengan flavonoid. Lima senyawa tersebut adalah brazilin, brazilein, 3’-O-metilbrazilin, sappanin, chalcone, dan sappancalchone. Kelima senyawa ini  merupakan senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan primer maupun antioksidan sekunder.
Terdapat beberapa cara untuk dapat mengetahui komponen apa-apa saja yang terkandung dalam suatu simplisia. Berdasarkan pernyataan dari Mukhriani et.al, terdapat beberapa tahapan dalam melakukan identifikasi pada kayu secang. Berikut merupakan tahanpannya, kayu secang segar terlebih dahulu diangin-anginkan hingga kadar air berkurang untuk menghentikan proses enzimatis yang dapat merusak zat aktif yang terkandung pada kayu secang juga untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada simplisia. Sampel yang telah kering selanjutnya diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan gelombang ultrasonik. Setelah dilakukan identifikasi menggunakan metode yang sesuai maka akan didapat hasil dari proses identifikasi.
Apabila pada kayu secang yang akan dianalisis  terdapat pengotor atau pengganggu, sesuai dengan pernyataan Kusmiati et.al (2014) maka senyawa antimikroba yang terdapat pada kayu secang dapat diekstraksi menggunakan pelarut etanol, metanol dan diklorometan. Pelarut etanol dan metanol merupakan pelarut yang paling baik digunakan untuk ekstraksi senyawa antimikroba dari kayu secang dibanding dengan pelarut diklorometan (C.sappan L.).

KESIMPULAN
Kayu secang merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat entah dalam bidang kesehatan maupun sebagai pewarna makanan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah banyak dilakukan, kayu secang mengandung beberapa komponen senyawa aktif yang dapat berguna bagi kesehatan. Beberapa penyakit dapat diobati dengan olahan kayu secang seperti, diare, disentri, TBC, luka dalam, berak darah, memar berdarah, malaria, tetanus, tumor dan radang selaput lendir mata. Pada beberapa penelitian juga bahwa kayu secang merupakan anti-nflammatory, immunomodulasi, immunosupresi, hepatoproteksi, aktifitas hipoglikemia, antikomplemen, antioksidan, antijamur dan antimikroba.


Daftar Rujukan

Febiani., Sumirat., Djaeni, M. 2017. Produksi Antioksidan dari Ekstrak
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Menggunakan Pengering Berkelembaban Rendah.  Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 6. Semarang: Universitas Diponegoro.
Holinesti R. 2009. Studi Pemanfaatan pigmen brazilein kayu secang (Caesalpinia
             sappan L.
) sebagai pewarna alami serta stabilitasnya pada model pangan.
            J.Pendidikan dan Keluarga UNP. 
Karlina, Y., Adirestuti, P., Agustini, D.M., Fadhillah, N.L., Fauziyyah, N., Malita,
              D. 2016.
Pengujian Potensi Antijamur Ekstrak Air Kayu Secang
             Terhadap Aspergillus Niger Dan Candida Albican. Universitas Jenderal
            Achmad Yani. Cimahi.
Kusmiati., Dameria., Priadi, Dody. 2014. Analisa Senyawa Aktif Ekstrak Kayu
             Secang (Caesalpinia Sappan L.) yang Berpotensi sebagai Antimikroba.
             Institut Sains dan Teknologi Nasional. Pusat Penelitian Bioteknologi-
             LIPI.
Luthfiyatul., H R, Putut., Romadhon. 2015. Penggunaan Kayu Secang
(Caesalpinia Sappan) Sebagai Alternatif Pengganti Rapid Dalam
Pewarnaan Kulit Samak Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Jurnal Saintek
Perikanan Vol.11 No.1. Semarang: Universitas Diponegoro.
Mukhriani., Subehan., Rifai, Y. Isolasi Senyawa Aktif Dari Kayu Secang
            (Caesalpinia Sappan L.) Dan Pengujiannya Terhadap Proliferasi Sel
            Osteoblas. Jurusan Farmasi FIK UIN Alauddin Makassar. Fakultas
            Farmasi Universitas Hasanuddin.
Nirmal., NP., Rajput MS., Prasad RGSV., Ahmad M. 2015. Brazilin From
Caesalpinia Sappan Heartwood And Its Pharmacological Activities. Asian
Pasific Journal of TropicalMedicine, 8(6): 421-430.
Nurlisa, L H., Riyadi, P H., Romadhon. 2015. Penggunaan Kayu Secang
            (Caesalpinia Sappan) sebagai Alternatif Pengganti Rapid Dalam
            Pewarnaan Kulit Samak Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Jurnal Saintek
            Perikanan Vol.11 No.1 :34-40. Universitas Diponegoro. Semarang.
Pertamawati., Sriningsih., F, Fahri., E, Julham. 2017. Konsumsi Ekstrak Secang
            (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Volume Urin Tikus Putih Jantan Galur
            Spraque Dawley. Jurnal Jamu Indonesia.
Rina, Oktaf. 2013. Identifikasi Senyawa Aktif dalam Ekstrak Etanol Kayu Secang
            (Caesalpinia sappan. L.). Prosiding Semirata FMIPA Universitas    Lampung.
Rusdi, Udju D., Widowati W,  Marlina E T. 2005. Efek Ekstrak Kayu Secang,
            Vitamin E Dan Dan Vitamin C Terhadap Status Antioksidan Total (SAT)
            Pada Mencit Yang Terpapar Aflatoksi. Media Kedokteran Hewan Vol. 21,
            No. 2. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sari, Ramdana., Suhartati.  2016. Secang (Caesalpinia Sappan L.)
            Tumbuhan Herbal Kaya Antioksidan. Balai Litbang Lingkungan Hidup
            dan Kehutanan Makassar.
Suraini., Enlita. 2015. Uji Potensi Ekstrak Kayu Secang (Caesalpina Sappan L.I)
            Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida Ablicans. STIKes           Perintis Padang.
Yemirta. 2010. Identifikasi Kandungan Senyawa Antioksidan Dalam Kayu
            Secang (Caesalpinia Sappan). Jurnal Kimia dan Kemasan, Vol. 32 No.2
            Oktober 2010 : 41-46. Balai Besar Kimia dan Kemasan, Kementerian
            Perindustrian RI. Jakarta Timur.